Pengalaman Bekerja Di Microsoft

Wirawan Winarto

Tiada hari yang biasa di Microsoft. Setiap hari selalu ada tantangan baru.

Salah satu yang menarik bekerja disana adalah pegawainya kerap diminta untuk menguasai teknologi sebelum teknologi tersebut rilis di pasar. Misalnya, pengembangan yang berkutat di sistem Windows 8 sebelum versi stabilnya belum keluar. tujuannya bukan lain yaitu saat produk tersebut rilis nantinya, pegawainya diharapkan sudah siap jadi expert.

Tentu saja hal tersebut gampang-gampang susah, berbeda dengan pegawai insinyur perusahaan lain yang bisa bertanya ke situs tanya jawab teknologi di StackOverflow atau MSDN, nah disana kami kadang jungkir balik lantaran dokumentasi produk tersebut belum tersusun, karena kamilah yang dituntut jadi penjawab di StackOverflow dan MSDN.

Pekerjaan di Microsoft mengharuskan pegawainya menjadi jembatan antara sisi teknis dengan bisnis. Tidak hanya diharapkan sebagai subject matter expert di pengembangan platform berbasis teknologi Microsoft, akan tetapi juga harus selalu menjadi "wajah" bagi Microsoft di Asia Pasifik. Disisi lain, hal tersebut juga dapat melatih kesabaran untuk senantiasa membawa diri di panggung serta di depan kamera.

Ini yang membikin pekerjaan seperti ini susah tetapi seru, yang paling menantang adalah kita terus dituntut untuk menjadi yang terdepan (dan kalau ada masalah tidak banyak yang bisa ditanyai) dan di sisi lainnya hal tersebut membuat saya menjadi belajar banyak hal baru lebih cepat dari pada orang-orang lain, karena tuntutan tersebut.

Aspek bisnis pekerjaan saya juga cukup menarik.

Sebagai seseorang dengan latar belakang di hardcore computer science (disini bidang yang saya kerjakan adalah spesialisasi Desain dan Analisa Algoritma), dan tentunya perbedaan bidang mencari uang yaitu kerja dengan belajar bisnis ibarat masuk ke dunia alien. Namun selama di Microsoft saya telah belajar tentang banyak hal salah satunya ialah cara kerja berbagai industri, mulai dari finansial, asuransi, jasa, pertambangan, minyak dan gas, hingga retail di seantero Asia Pasifik.

Suatu ketika teringat bagaimana saya yang waktu itu masih fresh graduate keluar dari kampus harus menjalani hari-hari penuh tantangan seperti presentasi di depan seorang CEO perusahaan minyak dan ngopi bareng Kepala Dirjen. Perusahaan Microsoft ini telah memberikan saya pengalaman kerja luar biasa di usia ini.

Pernah suatu ketika saya ditelepon untuk konferensi (conference calling), betul adanya salah satu orang yang berada telepon yang lain adalah Erich Gamma. Erich Gamma ini adalah salah satu ilmuwan komputer terbesar di dunia yang menjadi anggota Gang of Four, yaitu pencetus Design Patterns. Nah selama kuliah, saya cukup intensif mempelajari Design Patterns melalui mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak. Dan tentunya saya tahu siapa itu Erich Gamma.

Wah rasanya seperti matematikawan ngobrol via telepon dengan Isaac Newton.

Pekerjaan ini barangkali setara dengan yang bekerja di perusahaan Facebook, Google, ataupun Amazon, bekerja di Microsoft mengharuskan kita bekerja di tengah-tengah orang-orang terbaik di industri IT. Bagi anak muda seperti saya yang baru lulus kuliah fresh graduate pastinya ada rasa nervous tapi saya harus bekerja ekstra untuk membuat mereka terkesan.

Ini yang membuat saya menganga, kerabat orang-orang sekantor terlalu jenius, sehingga no matter what I did they seemed not impressed. Hahaha…

Satu yang bertolak belakang cara bisnis Facebook maupun Google, yang penuh anak muda, disini bisnis di Microsoft lebih banyak di sektor enterprise (B2B) sehingga komposisi karyawan senior itu jauh lebih banyak dari pada anak-anak muda seperti saya. Dan hasilnya jadilah navigasi pekerjaan di kantor menjadi terasa lebih "alien".

Pelajaran Awal Karier

Di tengah tingginya ekspektasi yang diberikan perusahaan maupun klien bagi subject matter expert, jangan salah, pekerjaan di Microsoft tidak terasa membuat stressful. Atau setidaknya bagi saya, bekerja di Microsoft merupakan salah satu bekal ilmu terbaik yang terjadi pada awal karier saya, yakni membuat pandangan saya terbuka lebar terhadap bisnis sektor B2B di Asia Pasifik, bagaimana pengelolaan perusahaan besar di seluruh Indonesia (dan Asia), bagaimana Microsoft tetap menjadi perusahaan teknologi terbesar pada sektor B2B (saya rasa Apple, Google, dan Facebook tidak cukup kuat di sektor ini), serta bagaimana proyek-proyek IT tembus dengan sukses.

Wirawan 2

Pengalaman itulah yang menjadi jembatan bagi saya untuk mendirikan perusahaan berbasis B2B (startup) "yang saya bangun saat ini"

Bekerja di Microsoft itu secara umum memang seru, hari demi hari dapat dilalui dengan sangat menyenangkan. Mungkin kalau saya tak cepat "sadar" mungkin saya bisa bekerja di sana untuk selama-lamanya (ini bukan merupakan hal yang buruk, akan tetapi saya mempunyai mimpi yang lebih besar).

Dan hingga akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan The Dark Side. Saya ingat bahwa saya harus tumbuh. Tidak boleh berkubang terus dilubang yang menyenangkan. Disebuah kesempatan yang amat memang disayangkan, saya memutuskan Microsoft tidak lagi cukup buat saya. I need to grow.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak